BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Jumaat, 27 April 2007

..::Ujian Dalam Peperiksaan::..


Alhamdulillah, syukur yang tidak terhingga ku panjatkan kepada Ya Rabb, Pemilik alam semesta. Kalau tidak kerana Dia, siapalah aku dan apalah kudratku untuk mengatasinya.

Ya, hari ini tanggal 8 Rabiulakhir 1428H, aku telah berjaya menghabiskan satu lagi semester yang penuh mencabar di UTM ni. Kenapa semester ini aku rasa lebih mencabar? Sebenarnya, setiap semester baru, subjek yang aku ambil semakin sukar maka cabarannya semakin hebat. Sehingga aku merasakan setiap musim peperiksaan adalah saat-saat terakhirku di UTM ni. Pelbagai masalah timbul tatkala ‘musim bertapa’ tiba.

Ditambah pula ‘ujian’ dari Dia yang sengaja untuk menguji tahap keimanan hamba-Nya. Sama ada ringan ataupun berat, ujian dari Yang Satu tidak dapat tidak, mesti dihadapi. Pelbagai bentuk dari ujian kesakitan, kehilangan, kematian, sehinggalah ke ujian keselesaan, kemewahan, dan sebagainya tidak terlepas daripada menimpa hambanya yang bernaung di bawah kalimah keramat Syahadatain.

Firman Allah yang bermaksud, "Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah khabar gembira kepada orang yang sabar," al-Baqarah : 155.

Siapa pula orang yang bersabar yang dikatakan dalam ayat tersebut? Firman Allah lagi, "(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata, “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji’ũn” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali)," al-Baqarah : 156.

Apabila aku muhasabah balik diri aku, adakah aku berjaya mengatasi ujian-Nya? Apa aku buat bila mendapat ujian ini? Main game sampai berjam-jam, serve internet sepanjang malam, mengeluh tak tentu pasal gara-gara tertekan dari ‘ujian’ ini. Macam ni ke aku menghadapi ujian Allah? Ujian yang baru sedikit berbanding ujian yang menimpa junjungan mulia Rasulullah S.A.W. Seorang kekasih Allah pun diuji dengan ujian yang lebih berat tak pernah pun mengeluh, apatah lagi mengaku kalah. Inikan pula aku yang tak siapa-siapa yang diuji sedikit cuma.

Adakah aku layak tergolong dalam orang yang bersabar seperti ayat di atas? Adakah aku wajar mengaku diri aku beriman sedangkan ujian yang sedikit pun tak lepas lagi? Semoga Allah mengampunkan hamba-Mu yang sering lalai, leka, alpa dan berdosa ini. Tolonglah hamba-Mu untuk mengatasi ujian-Mu Ya Allah. Sesungguhnya, hanya kepada Engkaulah aku menyembah dan kepada Engkau jugalah tempatku memohon pertolongan. Amīn...


Ahad, 15 April 2007

TiGa DiMenSi MuSi-BAH


3 Dimensi Musibah

Setiap manusia akan mengalami musibah, tidak ada manusia yang bebas dari musibah, oleh karena itu, maka kita perlu pengetahuan yang baik mengenai konsepsi musibah, karena akan sangat membantu dalam menghadapi musibah yang menimpa.

Musibah menurut Al Qur'an dan Hadits mempunyai paling sedikit 3
(tiga) dimensi :

Pertama:

Sebagai hukuman Allah atas pembangkangan yang dilakukan manusia pada aturan yang telah ditetapkan-Nya (hukum causalitet=hukum sebab akibat), Sebagaimana hadits Rasulullah : "Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi hambanya, maka didahulukan baginya hukuman di dunia (berupa musibah dan kesusahan agar terhapus dosa-dosanya). Dan apabila menghendaki keburukan pada hamba-Nya, maka Dia akan menahan darinya (membiarkannya) dengan dosa-dosanya sehingga (dosa- dosa tersebut) dibalas pada hari qiyamat" (HR.
Turmudi)

Kedua :

Sebagai penghapusan dosa, sehingga dengan demikian di akhirat nanti ada dosa yang tidak diperhitungkan lagi, karena hukumannya sudah ditunaikan Allah di dunia (sebagai penebus dosa), Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya orang-orang soleh akan diperberat (musibah) atas mereka. Dan tidaklah seorang mukmin tertimpa suatu musibah, seperti tertusuk duri atau lebih ringan dari itu, kecuali akan dihapuskan dosa-dosanya dan akan ditingkatkan derajatnya" (HR. Ahmad, Ibnu Hibban, Alhakim dan Baehaqi)

Ketiga :

Sebagai ujian untuk kenaikan derajat di mata Allah (sebagaimana yang dialami oleh Rasulullah SAW dan para Nabi yang lainnya.). Rasulullah bersabda : "Umatku adalah ummat yang dirahmati, mereka tidak akan diadzab di akhirat. Sesungguhnya adzabnya diberikan di dunia, yaitu berupa fitnah (ujian dalam kehidupan dunia), zalaazil(guncangan jiwa yang sangat) dan mati terbunuh dalam jihad fi sabilillah" (HR. Abu Dawud, Thabrani, Alhakim dan Baehaqi).Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda : "Manusia yang paling berat ujiannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang soleh yang meneladaninya. Seseorang akan diuji menurut kekuatan imannya, apabila imannya kuat, maka makin berat ujiannya, apabila imannya kurang kuat, maka dia diuji menurut kadar kekuatannya, dia akan diuji terus sehingga ia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih (tidak berdosa)"(HR. Ahmad, Bukhari, Turmudi, dan Ibnu Majah).

Isnin, 2 April 2007

SpiDer-SeDih - jaNGAN dUKA mENjAdI LuKa


Sebarkan salam wahai teman
sebarkan kasih sayang wahai saudara
sebarkan cinta bertautlah ukhuwah
berita gembira buatmu wahai si duka
bahawa kamu tidak sendiri
inilah kekuatan persaudaraan mukmin sejati
kamu tidak akan dibiar duka sendiri
tetapi dukamu dikongsi
hingga duka jadi ceria

jika kamu percaya
ketahuilah bukan saja saudaramu kan tiba
tapi lebih bahagia dari itu
Allahu Rabbana akan mendekati diri
jika kamu percaya
bahawa mendekatkan diri pada Allah itu
adalah jalan gembira buat semua hati yang duka

wahai insan-insan yang berduka
jangan lagi melukakan dirimu yang duka
senyumlah dan pandang dunia dengan tabah
amanah Allah menantimu wahai pejuang muda
tiada yang lebih gembira
daripada menjadi pejuang yang berbaris di medan juang
jalan Tuhanmu,Tuhanku, Allah Yang Esa
kita mencintaiNya
Dia mencintai kita
Lalu dibukakan jalan permudah apa saja urusan yang ada
Dia memberi rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka
Bukan kejayaan atau rezeki yang menjadi tujuan hati
tapi mencari redhaNya,kerna itulah ubat segala luka
yang tercoret di dalam hati

cerialah dan gembira
namun jangan mencari duka di jalan yang dimurka
jika terbabas melangkah jua ke sana
ketahuilah bahawa dengan pantas kamu bertaubat
itulah jalan orang-orang yang bertaqwa

jangan hanyut
jangan tenggelam
jangan dibuai dibelai di dalam dunia dosa

tiada duka yang lebih parah
bukan sekadar luka
bukan sekadar nanah
bukan sekadar sakit
tetapi duka yang lebih berduka
adalah menjadi hamba Allah yang dimurka